Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2018

Sejarah Ikan Mujair yang banyak tidak diketahui

Makam Moedjair sang penemu ikan mujair Pada tahun 1936, Mudjair, seorang pegawai desa dari Desa Papungan, Kanigoro, Blitar, pergi ke Teluk Serang yang terletak di laut selatan. Di sana dia menemukan berbagai jenis ikan yang belum diketahui sebelumnya. Dia membawa pulang lima jenis ikan dan memeliharanya di kolam pekarangan rumah. Ternyata, satu jenis ikan berkembang cepat, bahkan bisa bertelur dengan cara menyimpannya di dalam mulut hingga masa menetas jadi anak ikan. Seiring waktu, ikan ini mendapat perhatian warga desa. Kabar itu sampai ke telinga Schuster, kepala penyuluhan perikanan di Jawa Timur. Dia berkunjung ke Papungan untuk melihat ikan temuan Mudjair. Ternyata ikan tersebut diidentifikasi sebagai Tilapia mossambica, yang berasal dari Afrika. Dengan cepat ikan temuan Mudjair dibudidayakan karena cepat bertelur, pertumbuhannya cepat, dan mudah beradaptasi dengan segala lingkungan air mulai kolam hingga rawa-rawa. Menurut K. F. Vaas dan A. E. Hofstede dalam Studies

Kegiatan Pendampingan Opsus SIWAB di Kelurahan Kemumu Kecamatan Arma Jaya Bengkulu Utara

Kegiatan Inseminasi Buatan Dalam rangka meningkatkan swasembada daging maka pemerintah pada tahun 2017 menetapkan program SIWAB (Sapi Indukan Wajib Bunting). Untuk mengawal suksesnya program tersebut maka diperlukan pemdampingan terhadap petani peternak untuk menginformasikan dan menetukan kelayakan aseptor berdasarkan umur, BSC, status reproduksi, status kesehatan maupun silsilah ternaknya.   Rendahnya pengetahuan petani terhadap pengelompokkan jenis pakan dan menghitung kebutuhan akan pakannya juga merupakan faktor penghambat dari perkembangan populasi ternak di Indonesia pada umumnya dan masyarakat pedesaan pada khususnya.   Untuk itu diperlukannya upaya khusus dalam meningkatkan populasi ternak di Indonesia terutama ternak sapi.   Masalah yang dihadapi saat ini antara lain: a. Lemahnya pengetahuan petani dalam hal pencatatan terhadap ternak yang mereka miliki sehingga sulit menentukan kelayakan aseptor berdasarkan umur; b.Terbatasnya HMT sehingga diperlukan pakan