![]() |
Panen Padi Sawah keberhasilan SLPTT |
MAKALAH
KOMPONEN TEKNOLOGI SL-PTT PADI
DESA SIDO URIP KECAMATAN ARGA MAKMUR BENGKULU
UTARA[1]
OLEH; NURYANI SP[2].
DAN TARJO[3]
I.
PENDAHULUAN
Komponen
teknologi yang disusun dalam pelaksanaan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) bersifat
spesipic lokasi dan mempertimbangkan keragaman sumberdaya, iklim, jenis tanah,
social-ekonomi-budaya masyarakat serta menjaga kelestarian alam dan lingkungan.
Pelaksanaan SL-PTT perlu terus disempurnakan dengan lebih memberdayakan
Laboratorium Lapangan (LL) sebagai lokasi inovasi teknologi baru. Hal ini
dimaksudkan untuk meningkatkan adopsi teknologi spesipic lokasi.
Pendekatan
SL-PTT berfungsi sebagai pusat belajar bagi petani untuk mengembangkan diri
dalam pengambilan keputusan, sebagai tempat bertukar informasi dan pengalamn,
memberikan pemahaman tentang berusaha tani dengan pengelolaan yang baik, tanpa
meninggalkan pengolahan yang efisien, pembinaan manajemen kelompok sehingga
kelompok tani menjadi lembaga yang benar-benar dirasakan manfaatnya bagi
kolompok tani dan anggota.
II.
KOMPONEN
TEKNOLOGI SL-PTT YANG DILAKSANAKAN DI DESA SIDO URIP
Adapun
teknologi pilihan yang dilaksanakan di Desa Sido Urip, adalah meliputi tahapan-tahapan
pekerjaan yang dimulai dari :
1.
Penggunaan Pupuk Kompos
Jerami
2.
Penggunaan Varitas Unggul
Baru (VUB)
3.
Benih bermutu dan berlebel
4.
Penggunaan bibit muda
(< 21 HSS)
5.
Tanam 1-2 perlobang tanam
6.
Tanam dangkal/tidak
terlalu dalam dengan posisi sedikit mering
7.
Pengaturan jarak tanam
dengan menggunakan jajar legowo 4;1
8.
Pengairan Berselang
9.
Pengendalian OPT dengan
pendekatan PHT
10. Pemupukan
sesuai dengan rekomendari setelah melakukan (PUTS) Perangkat Uji Tanah Sawah.
11. Panen
Tepat Waktu dan Perontokan Gabah Langsung setelah Panen.
A. Penggunaan kompos Jerami
Permasalahan
yang sering dihadapi oleh petani ketika akan turun sawah adalah terjadinya
kelangkaan pupuk, Biaya produksi yang cendrung meningkat, Produktivitas lahan
yang cendrung menurun dan ketersediaan air yang semakin berkurang. Untuk
mengatasi permasalahan yang dihadapi ini maka dalam SL-PTT dikenalkan cara
pembuatan pupuk organic yang bahan bakunya sudah tersedia dan mudah didapat
dilokasi persawahan.
Salah
satu bahan yang sudah tersedia dilokasi sawah adalah jerami. Langkah-langkah
dalam pemanfaatan jerami ini adalah:
·
Sehabis panen, Jerami
dibabat rata diatas permukaan tanah, kemudian dihamparkan, diatasnya ditabur
dengan bokasi, untuk memudahkan pelapukan dan tumbuhnya mikro organism
disemprotkan dengan EM4 dengan dosis 100 liter per hektar. Setelah itu petekan
sawah digenangi selama 3-4 minggu.
·
Setelah genangan berumur 1
bulan tanah diolah sebagai mana biasanya, dibajak 2 x, digaru tanah siap untuk
ditanam.
B. Penggunaan Varitas Unggul
Baru dan Benih Bermutu dan Berlebel
·
Varitas unggul merupakan
teknologi yang berperan penting dalam peningkatan kuantitas dan kualitas gabah.
Benih bermutu akan menghasilkan bibit yang sehat dengan akar yang banyak, pada
saat pemindahan tidak membutuhkan waktu yang lama untuk beradaptasi.
·
Setelah mendapatkan benih
bermutu dan berlebel maka sebelum disemai dilakukan perlakuan untuk mendapatkan
benih yang benar-benar mempunyai daya tumbuh yang tinggi. Perlakuan benih
sebelum disemai antara lain:
1.
Rendam benih dengan
larutan ZAatau larutan garan 3% dengan perbandingan 1 kg ZA dengan air 3 liter,
benih yang terapung/mengambang dibuang. Setalah itu benih dicucu lalu direndam
selama 24 jam.
2.
Untuk daerah yang sering
terserang hama penggerek tambahkan dengan fipronil (Regent) 50 st pada benih
yang siap tebar.
C. Penggunaan Bibit Muda
(<21 HSS) dan tanam 1-2 perlobang tanam.
Manfaat
penanaman bibit muda:
1.
Tanaman tidak mudah rusak:
sewaktu pemindahan bibit dari semaian ke lahan persawahan biasanya terjadi
gangguan fisik pada system perakaran, dengan bibit muda pembentukan akar belum
terlalu sempurna sehingga akar tidak tergannggu.
2.
Pengangkutan bibit lebih
ringan untuk skala penanaman yang cukup luas
Manfaat tanam 1-2 perlobang tanam
1.
Efisien : Terjadi 30-40%
penghematan bibit, yang biasanya petani menggunakan 3 kaleng/45 kg/ha dengan
penggunaan 1-2 bibit perlobang tanam menjadi 20-25 kg/ha.
2.
Mengurangi persaingan
tanaman dalam penyerapan unsur hara
3.
Mengurangi tingkat
serangan hama
4.
Pertumbuhan anakan akan
lebih banyak.
D. Tanam Dangkal /tidak
terlalu dalam dengan posisi miring
Tanam
tidak terlalu dalam/dangkal akan mempercepat adaptasi akan dan akar yang
terbentuk melebar sehingga memacu pertumbuhan anakan.
E. Pengaturan Jarak Tanam
dengan Menggunkan Jajar Legowo 4 ; 1
Keuntungan
atau tujuan dari jajar legowo ini adalah :
a.
Memperbanyak sinar
matahari yang mengenai tanaman, agar proses fotosintesis oleh daun berjalan
sempurna sehingga akan mendapatkan bobot
buah yang lebih berat.
b.
Mengurangi serangan hama,
terutama tikus karena tikus tidak menyukai tempat yang terang.
c.
Menekan perkembangan
penyakit, pada lahan yang terbuka kelembapan akan semakin berkurang sehingga
serangan penyakinpun semakin berkurang.
d.
Ruang kosong yang tersedia
berguna untuk pengaturan air.
e.
Penyerapan pupuk lebih
tepat sasaran.
f.
Menambah populasi
tanamanmenjadi lebih banyak sekitar 80-100%, sehingga akan menambah produksi
F. Pengairan Berselang
Pengaturan
berselang adalah pengaturan kondisi lahan antara kering dan tergenang secara
bergantian. Hal ini bermanfaat untuk:
·
Menghemat air, memberikan
kesempatan pada akar untuk mendapatkan udara. Mencegah terjadinya keracunan zat
besi, penimbunan asam oranik dan gas H2s yang akan menghambat perkembangan
akar. Mengurangi anakan yang tidak produktif, memudahkan penyerapan pupuk dan
dapat menyeragamkan pemasakan gabah.
G. Pengendalian OPT dengan
Pendekatan PHT
·
OPT merupakan factor
membantas produksi dalam budidaya tanaman padi., dimana OPT ini meliputi; Hama,
Penyakit dan gulma.
·
Pengendalian terpadu
adalah upaya untuk menekan populasi hama dan infeksi penyakit hingga dibawah
ambang ekonomi melalui beberapa cara pengendalian yang sinergis.
·
Hama padi utama di
Bengkulu adalah : tikus, keong mas, wereng hijau, wereng coklat, penggerek
batang, ulat grayak, walang sangit, dan burung.
·
Penyakit utama padi di
Bengkulu adalah : Tungro, Blast, Hawar Daun Bakteri (HDB)
Strategi Pengendalian secara terpadu:
a.
Menggunakan Varitas yang
tahan terhadap hama, dan penyakit.
b.
Mengadakan pergiliran
tanaman, kebersihan lapang, waktu dan pemupukan yang tepat,
c.
Pengamatan berkala
d.
Pemanfaatan musuh alami,
e.
Pengendalian secara
mekanik seperti menggunakan alat tangkap.
f.
Penggunaan pestisida
adalah alternative terakhir.
H. Pemupukan Sesuai Dengan
Rekomendasi setelah Melakukan (PUTS)
Pemupukan
tanaman padi spesipik lokasi adalah suatu upaya menambah/menyediakan hara
penting untuk kebutuhan tanaman padi
sehingga tanaman dapat tumbuh optimal. Pemberian pupuk hendaknya tepat jenis,
dosis dan waktu. Pemberian pupuk berbeda antar lokasi, antar varitas, dan antar
waktu. Pemberian pupuk Nitrogen (N) dapat menggunakan Bagan Warna Daun (BWD)
sebagai alat ukurnya sedangkan untuk Phaspor (P) dan Kalium (K) dapat
menggunakan Perangkat Alat Uji Tanah Sawah (PUTS).
Untuk
desa sido urip status hara tanah setelah dilakukan pengujian didapat :
PH. Tanah : 5-6 (Agak Asam)
Nitrogen
(N) : Rendah (berpasir , 20%liat)
Phaspor
(P) : Rendah
Kalium
(K) : Sedang
Dari
hasil uji tanah sawah ini maka didapat rekomendasi pemberian Koptan/Dolomit, N,
P dan K adalah:
1.
Koptan/Dolomit : 1000 kg/ha dengan system drainase
konvensional
2.
N : 300-250 kg/ha dalam bentuk urea
3.
P : 100 ka/ha dalam bentuk SP-36
4.
K : 50 kg/ha dengan konvensi jerami 5 ton/ha
I. Panen Tepat Waktu dan Pengubinan
Panen
Hasil padi yang berkualitas tidak hanya
diperoleh dari penanganan budi daya yang baik saja, tetapi juga didukung oleh
penangan panen yang tepat. Waktu panen
padi yang tepat yaitu jika gabah sudah
tua dan sesuai dengan deskrifsi varitasnya, umumnya sekitar umur 110-115 hari. Panen sebaiknya dilakukan
pada saat cuaca terang.
Kriteria padi siap panen.
1. Umur
sudah sesuai dengan deskripsi varitas
2.
Daun bendera dan 90-95%
bulir padi sudah menguning.
3.
Malai padi menunduk
4. Bulir
gabah terasa keras bila ditekan.
Pengubinan
Petak
ubinan merupakan sampel untuk menentukan produksi perhektar, untuk itu
petak ubinan harus dapat mewakili kondisi
pertanaman dilapangan. Petak ubinan yang besar akan menunjukkan keragaman yang
kecil disbanding petak ubinan yang besar.
Ukuran ubinan yang selama ini digunakan adalah 2,5
x2,5 m merupakan nilai yang apabila dikalikan dengan 1.600 akan mendapatkan
nilai 10.000m2 (1Ha), atau dengan pengertian lain bahwa dalam 1 hektar terdapat
1.600 petak ukuran 2,5 x 2,5.
Petak
ubinan pada jajar legowo 2;1, dapat menggunakan ukuran 2,4 x 2,4 m, sehingga
dalam 1 Ha didapat petak ubinan sebanyak 1.736,111 petak atau dibulatkan
menjadi 1.736 petak. Pada petak ubinan dengan jajar legowo 4 ; 1 dapat
menggunakan ukuran 4,0 x 2,0 m, sehingga didapat 1 Ha ada sebanyak 1.250 petak.
III. PENUTUP
Teknologi yang
diterapkan dalam SL-PTT memberikan banyak manfaat dalam berbudidaya padi.
Adapun manfaat yang dirasakan adalah:
1.
Terjadinya perubahan dalam
struktur tanah, dimana selama ini tanah tidak dapat menyimpan air, dengan
adanya pemberian pupuk organic air dapat disimpan dalam jangka yang agak lama.
2.
Tanah lebih subur sehingga
memberi dampak pada kesuburan tanaman
3.
Dengan menggunakan
teknologi tanam 1-2 perlobang tanam dapat menghemat bibit, sehingga terjadi
pengurangan dalam biaya produksi.
4.
Jarak tanam Legowo
menambah populasi tanaman sehingga dengan sendirinya akan menambah produksi
persatuan luasnya.
5.
Menghemat air, pemupukan
yang tepat sasaran dan berkurangnya hama dan penyakit pada tanaman.
Dengan
berbagai manfaat yang dapat dirasakan ini kami berharap program SL-PTT dapat
lebih ditingkatkan lagi. Baik dalam pengelolaanya dan juga pembinaannya
sehingga adopsi teknologi ini dapat diterapkan oleh sebagian besar petani.
[1]
Disampaikan pada Rembugtani Apresiasi Petani Pelaksana SLPTT 2013 pada tanggal 1 – 4 Juni 2013 di Bandung.
[2]
Nuryani, SP. PPL Desa Sido Urip.
[3]
Tarjo, Ketua Kelompok Tani Panca Usaha I A
Komentar
Posting Komentar